Friday, April 12, 2013

KATAK HIJAU

   Di dalam keluarga gue, sering terjadi konflik antara bokap gue dengan om gue. Dari masalah spele hingga masalah besar. Apapun masalahnya minumnya teh botol sosro. Lho kok jadi iklan.

   Maksud gue, apapun itu masalahnya, gue belajar dari masalah-masalah tersebut. Gue mempelajari itu semua dari bokap gue bagaimana menyikapi masalah-masalah tersebut. Bokap gue yang memiliki watak yang keras dan juga memiliki kesabaran yang luar biasa.

   Sabar yang dimaksud adalah tetap tenang dan stay cool. Bokap gue memiliki prinsip hidup yang mengalir bagaikan air. Jadi, Bokap gue woles-woles aja, toh bukan Bokap gue yang salah.

   Nah, hubungannya dengan cerita yang ada diatas adalah bagaimana cara kita merubah posisi kita dari posisi yang salah menjadi posisi yang benar. Usahakan posisi kita selalu ada di posisi yang benar. Bokap gue memiliki sifat yang tenang seperti seekor 'Katak Hijau'yang ingin melompat dari satu teratai ke teratai lainnya. Maksud dari melompat adalah bersikap, bukan lari dari kenyataan. Bersikap tenang memilih jalan yang benar agar tidak tergelincir ke lubang kesalahan.

   Walaupun gue memirip-miripkan (sifat) bokap gue dengan hewan yang berlendir itu, gue bangga punya bokap seperti dia. Tapi apakah bokap gue bangga punya anak seperti gue? Hanya Tuhan dan bokap gue yang tau jawabannya.

   Selain cara melompat Katak Hijau yang kita pelajari. Coba kita lihat katak itu berusaha mendapatkan makanannya. Katak itu menggunakan lidahnya yang dijulurkan untuk mendapatkan serangga yang kemudian untuk dimakan.

   Dalam hal tersebut pelajarannya adalah bagaimana cara kita untuk menggapai kesempatan yang sukar dicapai menjadi kesempatan yang begitu dekat didepan mata. Maksud dari kesempatan disini adalah usaha kita dalam memperlebar peluang kita akan keberhasilan hidup.

   Bokap gue juga melakukannya seperti itu, walaupun lulusannya hanya S1 yaitu Sekolah Dasar. Bokap gue memberanikan diri untuk bisnis tongkang dan ala-alat berat lainnya (tapi bukan tukang besi). Selain itu, dulu sebelum orangtua gue laris usaha Nasi Uduknya yang berada di bilangan Jakarta Pusat, mereka mencoba menyocokkan rasa makanan dengan lidah pelanggan, terus berdoa, dan itu semua ga sia-sia. Perdagangan nasi uduk itu sudah berjalan 13 tahun dari tahun 2000 sampai sekarang. Disamping itu orangtua gue sudah menghasilkan sebuah rumah (walaupun warisan tapi om gue ngambil mentahnya yaitu uang 15 juta), motor Kaze-R dan Mega Pro (yang baru 10 bulan dikredit), dan sepeda Polygon buat gue, dan ngga ketinggalan gue juga disekolahin sama mereka hingga saat ini gue duduk dibangku SMA.

   Kalo gue sih masih terus belajar dalam menjalani hidup. Gue hanya jago berteori, belum jago dalam mangarungi bahtera kehidupan ini. Mudah-mudahan gue dan para pembaca tulisan gue ini mendapatakan pelajaran dari seekor Katak Hijau yang sering kita pandang sebelah mata. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment