Tuesday, November 19, 2013

Surat Terakhir Untuk Ratih

Bel sekolah pun berbunyi. Firman tergesah-gesah memasuki kelasnya. Ketika ia memasuki ruangan kelasnya, ia disambut hangat dengan senyuman dari seorang wanita pujaannya. Ya, Ratih namanya. Posisi Firman dan Ratih duduk sama-sama di tengah baris ketiga dari belakang dan juga baris ketiga dan kedua dari samping kanan.

"Yuk, buruan kita turun ke masjid" kata Ratih diiringi lontaran senyuman.
"He eh. Nanti dulu aku mau taruh tas dulu" jawab Firman.
Ratih meninggalkan Firman di kelas dan menuju masjid yang berada di dalam sekolah.
***

Kegiatan tadarus selesai dan dilanjutkan pelajaran Agama. Ratih duduk sebangku dengan Sari. Firman duduk sebangku dengan Fihkri. Mata Firman agak buram melihat papan tulis, ia mengangkat diri dan segera duduk di bangku kedua dari depan dan duduk bersama Indah. Tak lama ia duduk, Ratih mendekati Firman "Aku duduk sendirian, duduk sama aku yuk".
"Oh, ya udah. Tunggu sebentar" kata Firman.
Tak lama Firman pindah ke tempat duduk si Sari. Sari duduk bersama Ayu.
Pada saat Presentasi yang disampaikan oleh Amel dan kawan-kawan berlangsung, si Andre tiba-tiba berteriak "Cie Firman dan Ratih nempel mele kayak surat dan perangko". Semuanya berkata "Cie...."

Suasana akhirnya dikendalikan oleh guru agama, Pak Abduh. "Udah, udah. Perhatikan yang bicara di depan".
Suasana menjadi kondusif setelah Pak Abduh berbicara. Hingga akhir pelajaran agama, Ratih dan Firman selalu duduk sebangku. Setelah jam pelajaran agama berakhir, Firman keluar kelas dan mendapat informasi bahwa guru olahraga, Pak Agung tidak masuk. Kesempatan ini langsung dimanfaatkan Firman untuk berbagi informasi kepada adik kelasnya. Dan dia juga mengajak Ratih untuk berbagi informasi atau sejenis training.
"Ratih, kan Pak Agung ga ada. Kamu mau ga ikut untuk training lagi bersamaku?" tanya Firman dengan harap.
"Ya udah. Tapi, nanti ya setelah istirahat. Aku arep mangan karo batur-baturku" jawan Ratih dengan logat jawa yang kental.
"Yowis sekarepmu ae lah" kata Firman dengan senang.
***

Jam istirahat berlalu, Firman mendekati Ratih. "Ratih, yuk kita mulai" "yuk"
Ratih dan Firman langsung naik ke lantai tiga. Tepat di kelas XI IPS 4 jam pelajaran kosong. Mereka mengisi jam kosong itu dengan training kilat.
Selama training berlangsung, lempar-melempar senyum tak jarang Firman lakukan dengan Ratih.

Setelah bel perpindahan jam berbunyi. Ratih dan Firman pamit dari kelas itu dan bergegas menuju kelas mereka dengan terburu-buru karena jika terlambat satu langkah dibelakang gurunya yang satu ini, mereka tidak bisa mengikuti pelajaran waktu itu. Untung saja, mereka belum terlambat. Ratih bahagia sekali bisa ikut training dengan Firman.
Selama pelajaran ekonomi berlangsung, semua murid fokus menatap papan puti yang berada di depan dan memperhatikan ibu Rahayu yang terkenal 'Killer' mengajar.
***

Pulang sekolah mereka pulang sendiri-sendiri dan tak biasanya mereka berpisah. Biasanya mereka turun selalu berdua.

Keesokan harinya, Firman tidak masuk sekolah karena sakit. Ratih mengirim pesan singkat kepada Firman "Kamu ga masuk?"
Firman membalas "Iya Ratih, aku sakit. Mungkin beberapa hari kedepan aku tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah". Ratih membalas pesan dari Firman "Hmm. Semoga kamu cepat sembuh ya. Aku menunggu kamu masuk kembali ke sekolah". Firman menjawab "Iya, aku juga nunggu kapan bisa bertemu dengan dirimu lagi".

Firman tak menyadari bahwa penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang sukar untuk disembuhkan. Firman mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Dan dokter memprediksi umurnya tersisa satu bulan lagi. Firman tidak mengetahui hal itu. Ayah dan ibu Firman masih menyembunyikan hal itu karena takut Firman 'Shock' dan menggangu pikirannya.
Selama Firman di rumah sakit. Firman menulis berbagai hal tentang dirinya dan Ratih.
***

Di sekolah, Ratih bertanya kepada teman-temannya. Mengapa selama seminggu Firman tidak masuk sekolah, apakah masih sakit, atau sudah pindah ke kota lain?

Setiap hari Ratih mengirim pesan singkat kepada Firman, tapi tidak dibalas. Akhirnya ia mengajak Indah, Alfi, Amel, Pangestu, Ayu dan Akbar untuk ke rumah Firman. Sesampainya di rumah Firman, mereka melihat keadaan rumah yang sepi dan tak berpenghuni. Mereka bertanya kepada tetangga Firman yang berada di sekitar rumahnya. "Pak, maaf mau tanya. Firman dan keluarganya pada kemana ya pak?" Tanya Indah.
"Firman anaknya Pak Ari? Dia itu lagi dirawat di rumah sakit, de" jawab Pak Gusti tetangga Firman.
"Hmm. Memang dirawat di rumah sakit mana pak?" Tanya Akbar.
"Dia dirawat di rumah sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, de" jawab Pak Gusti lagi.
"Oh... terima kasih ya pak atas infonya. Kita pergi dulu kesana ya pak" kata Ratih dengan nada yang lembut dan santun.
" Ya, sama-sama"

Sesampainya di rumah sakit. Mereka menemui Firman yang terkulai lemas di ranjang rumah sakit dan disuapi makanan oleh ibunya.
"Assalamualaikum" salam mereka bersama-sama.
"Waalaikum salam. Eh kalian, ayo silahkan masuk" Ibu Firman mempersilahkan masuk.
"Hai teman-teman" Kata Firman dengan senyum yang pucat pasi.
"Hai Firman" jawab Ratih.
"Gimana keadaan kamu Firman?" Tanya Ayu.
"Alhamdulillah agak membaik. Kalian kenapa hari kamis jenguknya? Kan ada PM Ekonomi dari Ibu Rahayu biasanya" jawab Firman dengan suara yang lemah.
"Iya, kita khawatir sama kamu Firman. Makanya kita tinggalin PM ekonominya" kata Ratih dengan senyum.
"Terima kasih ya semuanya. Kalian memang sahabat-sahabatku yang paling baik" kata Firman.
***

Ketika Ibunda Firman sedang sholat subuh, Firman menulis Surat Perpisahan untuk Ratih. Dan ditaruhnya diatas meja.

Setelah Ibunda Firman selesai sholat subuh, Firman meminta Ibunya untuk menyampaikan surat itu kepada Ratih. Terpaut tiga jam setelah permintaan itu, Firman mengalami sakit yang sangat luar biasa. Ibunda Firman menangis memeluk anak kesayangannya. Akhirnya Firman telah tiada dan pergi ke alam keabadian.
Ibu Firman menjerit histeris karena kehilangan anak tunggal kesayangannya. Ayah Firman memberitahukan kepada semua kerabat-kerabat dan teman-teman Firman melalui pesan singkat dan telepon untuk mendoakan arwah Firman agar diterima di Sisi-Nya. Dan memaafkan segala kesalahannya.

Ratih dan teman-teman datang ke kediaman Firman untuk menyelawat. Ketika Ratih melihat Firman untuk terakhir kalinya, ia meneteskan air mata diatas seonggok badan yang terbujur kaku. Semua teman-teman Firman tak bisa membendung air mata. Ibu Firman menyapa Ratih dan memberikan sepucuk surat terakhir dari Firman untuknya.

Surat itu isinya adalah:

Surat Perpisahan Untuk Ratih
Ratih, jangan menangis ya. Aku sudah tidak sakit lagi kok. Kamu ga usah khawatir. Aku sudah sangat bahagia mengenal dirimu.
Ratih, aku sangat senang bersahabat denganmu. Banyak pelajaran yang aku dapat dari kehidupanmu. Semua yang pernah kita lalui itu akan kukenang dikeabadian. Aku ingin kamu meneruskan apa yang kita lakukan. Training di setiap kelas, berdiskusi bersama, dan berbagi cerita bersama adik-adik kelas. Jaga dirimu baik-baik yah. Semoga kamu bisa mewujudkan cita-citamu dan kedua orangtuamu.

No comments:

Post a Comment