Pasti tahu dong rasanya baru naik kelas? Ya, memang masih sok-sok jaim gitu. Tapi, lama kelamaan rasa jaim itu hilang tergerus angin waktu. Apalagi kalo udah level terakhir, entah kelas 9 SMP maupun kelas 12 SMA, udah ga ada lagi yang namanya Jaim. Karena udah saling kenal secara mayoritas dari seluruh teman-teman baru yang ada di kelas.
Alhamdulillah, sampai kelas 12 ini, Tuhan masih memberikan kesempatan ke gue untuk melanjutkan kehidupan. Di kelas yang baru otomatis kawan-kawan gue pun baru. Sikap juga harus baru dalam menyikapi kelas yang baru.
Di tahun-tahun sebelumnya, gue merasa bahagia tingkat dewa deh. Gue udah klik banget dengan mereka. Tapi, apa daya, waktu lah yang merubah segalanya. Semua kegiatan yang pernah gue lakuin dengan mereka, kini tinggal lah sebuah kenangan. Dari suka hingga duka di dalam kelas maupun di luar kelas kita jalani bersama.
Di akhir pencarian jati diri ini, gue benar-benar merasakan sebuah pepatah "Kadang-kadang harapan berbanding terbalik dengan kenyataan". Mengapa? Impian gue masuk di kelas Sosial 1 yang notabene kelas favorit di sekolah gue. Kelas Sosialita juga, full colour abis deh tuh kelas. Namun, inilah kehidupan yang harus gue terima. Gue masuk di Sosial 4, kelas yang standar dan biasa aja di mata gue.
Mungkin Tuhan memberikan sebuah cobaan dan gue harus legowo menghadapinya. Ternyata benar, ini adalah sebuah cobaan. Namun, di balik cobaan yang gue hadapi, gue menemukan sebuah hikmah yang tak ternilai harganya. Di kelas Sosial 4 ini gue dipertemukan dengan seorang cewek yang ga biasa menurut gue. Dia bikers yang udah pernah menempuh jarak yang sangat jauh, dari Jakarta sampai Indramayu. It's so amazing banget bagi gue.
Di samping itu gue juga terpukau dengan wajahnya, dewasa pembawaannya, ya dia juga bisa diajak sharing. Dia salah seorang keluarga yang sangat berada, dan keadaannya berbeda jauh dengan gue yang hanya seorang anak dari tukang Nasi uduk.